GoTo

GoTo Tunjukkan Kebangkitan Kuat, Targetkan EBITDA Naik Hingga Rp1,9 Triliun di 2025

GoTo Tunjukkan Kebangkitan Kuat, Targetkan EBITDA Naik Hingga Rp1,9 Triliun di 2025
GoTo Tunjukkan Kebangkitan Kuat, Targetkan EBITDA Naik Hingga Rp1,9 Triliun di 2025

JAKARTA - Gelombang optimisme tengah menyelimuti PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) setelah perusahaan berhasil menunjukkan kinerja keuangan yang solid sepanjang 2025. Keberhasilan ini menjadi sinyal kuat bahwa GoTo mulai memasuki babak baru pertumbuhan yang lebih berkelanjutan setelah melalui fase restrukturisasi besar dalam dua tahun terakhir.

Perusahaan teknologi yang menjadi rumah bagi Gojek, Tokopedia, dan GoTo Financial itu kini memproyeksikan kenaikan signifikan pada laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi atau EBITDA. Dalam panduan terbaru, GoTo menargetkan EBITDA bisa mencapai kisaran Rp1,8 hingga Rp1,9 triliun pada 2025, naik dari target sebelumnya di rentang Rp1,4 hingga Rp1,6 triliun.

Kenaikan target ini bukan tanpa alasan. Manajemen menilai, kinerja sembilan bulan pertama tahun ini menunjukkan hasil yang lebih baik dari ekspektasi awal, terutama berkat peningkatan pendapatan di seluruh lini bisnis.

Direktur Utama Grup GoTo, Patrick Walujo, menyampaikan bahwa hasil positif tersebut menjadi bukti efektivitas strategi perusahaan dalam memperkuat ekosistem digital yang menghubungkan jutaan pengguna, mitra pengemudi, dan pelaku usaha. Ia menegaskan, GoTo kini berfokus pada pertumbuhan yang tidak hanya cepat, tetapi juga menguntungkan.

“Melalui momentum ini, kami menaikkan panduan kinerja EBITDA Grup yang disesuaikan setahun penuh kami menjadi antara Rp1,8 triliun hingga Rp1,9 triliun,” ujar Patrick pada Kamis, 30 Oktober 2025. Menurutnya, langkah ini menunjukkan keyakinan kuat bahwa GoTo mampu menciptakan nilai jangka panjang bagi semua pemangku kepentingan.

Kinerja Keuangan yang Menggembirakan di Kuartal Ketiga

Peningkatan laba bukan sekadar angka di atas kertas. Pada kuartal III/2025, GoTo berhasil mencatat laba sebelum pajak yang disesuaikan sebesar Rp62 miliar — capaian positif pertama sejak perusahaan berdiri.

EBITDA grup yang disesuaikan juga melesat 239% menjadi Rp516 miliar, jauh di atas capaian kuartal sebelumnya sebesar Rp152 miliar. Dalam sembilan bulan pertama 2025, angka EBITDA yang disesuaikan bahkan menembus Rp1,34 triliun, berbalik dari kondisi negatif Rp79 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Dari sisi pendapatan, perusahaan membukukan Rp13,29 triliun pada kuartal ketiga tahun ini. Angka itu naik 14% dibandingkan pendapatan kuartal III/2024 sebesar Rp11,66 triliun, mencerminkan daya saing yang semakin kuat di sektor layanan digital.

Patrick menjelaskan bahwa hasil positif ini bukan semata karena penghematan biaya. Menurutnya, kenaikan tersebut juga merupakan hasil dari inovasi produk dan efisiensi operasional yang semakin matang di seluruh unit bisnis.

“Fokus kami tetap sama — memberikan solusi konsisten, menyenangkan, dan hemat biaya bagi konsumen, sambil memastikan mitra pengemudi dan pedagang terus memperoleh penghasilan optimal,” ujarnya. Pernyataan ini menegaskan arah GoTo yang berupaya menjaga keseimbangan antara kepentingan bisnis dan kesejahteraan mitra.

Pertumbuhan Pesat di Unit Gojek dan GoTo Financial

Kontributor terbesar bagi peningkatan pendapatan GoTo berasal dari dua lini bisnis utama, yakni Gojek dan GoTo Financial (GTF). Dari segmen on-demand service (ODS) yang dioperasikan Gojek, pendapatan bersih kuartalan naik 10% menjadi Rp3,21 triliun, dari sebelumnya Rp2,90 triliun.

Dalam sembilan bulan pertama tahun ini, pendapatan Gojek meningkat 18% menjadi Rp9,20 triliun dibandingkan Rp7,79 triliun pada periode yang sama tahun lalu. Angka ini menunjukkan bahwa layanan transportasi dan pesan-antar masih menjadi tulang punggung utama GoTo dalam mendukung kinerja grup.

Di sisi lain, unit bisnis keuangan digital GoTo Financial mencatat pertumbuhan lebih agresif. Pendapatan bersih kuartalan melonjak 55% menjadi Rp1,54 triliun, dibandingkan Rp993 miliar pada periode yang sama tahun lalu.

Untuk periode sembilan bulan, pendapatan GTF bahkan melesat 71% menjadi Rp4,10 triliun, dari sebelumnya Rp2,40 triliun. Capaian ini menegaskan peningkatan transaksi digital, pembayaran daring, dan integrasi sistem keuangan di bawah payung GoTo Financial semakin kuat di pasar nasional.

Patrick menyebut, strategi perusahaan dalam memperluas ekosistem layanan keuangan digital menjadi faktor kunci peningkatan performa GTF. “Kami ingin menciptakan sistem keuangan yang inklusif dan terintegrasi, agar lebih banyak masyarakat dapat menikmati manfaat ekonomi digital,” katanya.

Efisiensi dan Aset Kuat Jadi Fondasi Pertumbuhan

Peningkatan efisiensi operasional menjadi faktor penentu lain yang membantu GoTo memperbaiki kinerja keuangannya. Dalam sembilan bulan pertama 2025, rugi bersih periode berjalan berhasil ditekan hingga 78% menjadi Rp996,98 miliar, dari sebelumnya Rp4,54 triliun.

Angka tersebut menunjukkan bahwa perusahaan berhasil menekan beban secara signifikan tanpa mengorbankan ekspansi dan kualitas layanan. Kinerja yang semakin efisien ini juga memperkuat keyakinan investor terhadap prospek jangka panjang GoTo di industri teknologi Indonesia.

Dari sisi neraca, hingga akhir September 2025, GoTo memiliki total aset senilai Rp42,11 triliun. Dari jumlah itu, kas dan setara kas serta kas yang dibatasi penggunaannya mencapai Rp18,65 triliun, menandakan posisi likuiditas yang sangat kuat.

Ekuitas perusahaan tercatat sebesar Rp29,10 triliun, memberikan ruang cukup bagi GoTo untuk terus berinovasi dan memperluas pangsa pasar. Dengan struktur keuangan yang solid, GoTo dipandang mampu bertahan menghadapi dinamika ekonomi global yang masih fluktuatif.

Para analis memprediksi, keberhasilan GoTo mencatat EBITDA positif dan menekan kerugian akan menjadi sinyal positif bagi investor yang sempat skeptis terhadap prospek perusahaan digital lokal. Momentum ini juga menandai era baru bagi perusahaan teknologi Indonesia untuk bersaing di tingkat regional.

Membangun Optimisme Baru di Era Ekonomi Digital

Keputusan GoTo menaikkan target EBITDA bukan hanya refleksi dari capaian keuangan, tetapi juga bentuk optimisme terhadap masa depan industri digital nasional. Di tengah ketatnya persaingan dan ketidakpastian ekonomi global, GoTo justru mampu membuktikan bahwa model bisnisnya semakin matang.

Patrick Walujo menegaskan bahwa strategi jangka panjang perusahaan tetap berfokus pada keseimbangan antara pertumbuhan dan profitabilitas. “Kami percaya inovasi yang berkelanjutan akan membawa manfaat bagi seluruh pemangku kepentingan konsumen, mitra, dan investor,” katanya.

Ia juga menambahkan bahwa seluruh tim GoTo berkomitmen untuk memperkuat ekosistem digital yang inklusif dan berdaya saing tinggi. Dengan fondasi keuangan yang semakin kuat, GoTo menatap masa depan dengan optimisme bahwa mereka dapat menjadi platform teknologi kelas dunia yang berasal dari Indonesia.

Bagi industri teknologi dalam negeri, pencapaian ini menjadi bukti bahwa perusahaan digital lokal mampu bersaing dengan raksasa global. GoTo kini tak hanya simbol kebangkitan ekonomi digital nasional, tetapi juga inspirasi bagi startup Indonesia untuk mengejar keberlanjutan dan keuntungan yang nyata.

Dengan strategi terarah, inovasi berkelanjutan, dan dukungan ekosistem yang luas, GoTo menegaskan posisinya sebagai pemain utama di pasar teknologi Asia Tenggara. Tahun 2025 pun berpotensi menjadi titik balik penting bagi perusahaan dalam mengukuhkan diri sebagai kekuatan ekonomi digital yang matang dan menguntungkan.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index