JAKARTA - Gas bumi semakin menegaskan perannya sebagai energi transisi yang bersih dan efisien di tengah komitmen nasional menuju Net Zero Emission (NZE) 2060. Sebagai tulang punggung energi masa depan, gas bumi menawarkan stabilitas pasokan dan emisi karbon yang lebih rendah dibandingkan batu bara maupun minyak bumi.
Produksi gas bumi Indonesia menunjukkan tren positif dan stabil dari tahun ke tahun. Berdasarkan data Kementerian ESDM, produksi gas bumi nasional sepanjang 2024 mencapai 6.635 Million Standard Cubic Feet per Day (MMSCFD).
Pemerintah menargetkan peningkatan produksi gas bumi hingga 12 miliar kaki kubik per hari (BCF) pada tahun 2030. Target tersebut diharapkan memperkuat ketahanan energi nasional di tengah meningkatnya kebutuhan energi industri, rumah tangga, dan transportasi.
SKK Migas mencatat masih terdapat 301 struktur migas dengan potensi besar yang belum dikembangkan. Potensi tersebut mencakup 1,8 miliar barel minyak (Bbo) dan 13,4 triliun kaki kubik (Tcf) gas, yang dapat dioptimalkan melalui dukungan teknologi dan investasi.
Selain itu, terdapat 16.990 sumur migas yang masih idle dan dapat diaktifkan kembali dengan koordinasi yang lebih baik. Dari jumlah tersebut, SKK Migas telah mengidentifikasi 12 lapangan potensial untuk penerapan teknologi Enhanced Oil Recovery (EOR) dan waterflood.
Dengan potensi sebesar itu, gas bumi menjadi sumber energi yang diandalkan untuk memastikan ketersediaan energi nasional. Emisinya yang lebih rendah turut mendukung agenda transisi menuju energi bersih dan ramah lingkungan.
PGN Dorong Swasembada Energi Lewat Ekspansi Gas Bumi Nasional
PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN), sebagai Subholding Gas Pertamina, memegang peran vital dalam menyediakan energi bersih untuk seluruh lapisan masyarakat. Dukungan ini sejalan dengan visi pembangunan nasional di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka yang kini memasuki tahun pertama pemerintahan.
Direktur Utama PGN, Arief Kurnia Risdianto, menegaskan bahwa PGN terus menjaga keandalan pasokan gas bumi dari sumber domestik untuk memperkuat kemandirian energi nasional. Ia menyebutkan PGN aktif menjalin sinergi dengan pemerintah agar layanan gas bumi dapat menjangkau lebih luas dan berkelanjutan.
“PGN juga terus menjalin sinergi intensif dengan pemerintah untuk keberlanjutan layanan gas bumi sekaligus mendorong manfaat lebih luas bagi masyarakat,” ujarnya pada 21 Oktober 2025.
PGN telah melayani lebih dari 814 ribu rumah tangga di seluruh Indonesia melalui jaringan gas rumah tangga (Jargas). Jargas menjadi wujud nyata penyediaan energi praktis, aman, dan ramah lingkungan yang mendukung program pengurangan subsidi energi.
“PGN siap bergotong royong memperluas jargas secara masif di seluruh wilayah Indonesia,” tambah Arief.
Selain memperluas jaringan pipa, PGN juga mengembangkan layanan beyond pipeline seperti CNG dan LNG untuk menjangkau wilayah yang belum memiliki infrastruktur pipa gas. Tahun ini, PGN membangun Mother Station CNG pertama di Medan berkapasitas 1 MMSCFD serta LNG Hub berkapasitas 15 ribu MMBTU di Bandung.
Langkah ini diharapkan memperkuat pasokan gas bumi di Sumatera Utara dan Jawa Barat. PGN juga meningkatkan pemanfaatan LNG melalui FSRU Lampung dan FSRU Jawa Barat, serta merevitalisasi tangki LNG Arun yang ditargetkan beroperasi pada akhir 2025.
Edukasi dan Sosialisasi Jargas: Tantangan dan Cerita dari Lapangan
Perluasan jaringan gas rumah tangga (Jargas RT) tidak selalu berjalan mulus di berbagai daerah. Tantangan utama datang dari persepsi masyarakat yang masih ragu beralih dari LPG ke gas bumi karena kekhawatiran terhadap keamanan dan kebocoran gas.
PGN terus melakukan sosialisasi untuk meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai keamanan dan manfaat jargas. Di Kabupaten Lumajang, Probolinggo, Sidoarjo, dan Gresik, kegiatan edukasi ini menjadi kunci sukses perluasan jaringan gas.
Area Head Pasuruan PGN, Mochammad Arif, menjelaskan bahwa sosialisasi dilakukan langsung di desa dan kelurahan yang dilalui jalur pipa jargas. “Saat ini pengelolaan pelanggan jargas di Lumajang mencapai 2.945 Sambungan Rumah (SR),” katanya.
Ia menegaskan bahwa jargas justru lebih aman dibanding LPG karena gas bumi (metana) lebih ringan dari udara sehingga akan langsung menguap ke atas jika terjadi kebocoran. Selain itu, pasokan gas bumi mengalir 24 jam tanpa perlu repot mengganti tabung.
Salah satu warga Lumajang, Aminah, mengaku sosialisasi membuatnya memahami bahwa kekhawatiran terhadap jargas tidak berdasar. “Ternyata jargas aman dan justru lebih praktis serta murah,” ujarnya.
Cerita serupa datang dari Agustina Widyawati, warga Surabaya, yang baru dua bulan menggunakan jargas rumah tangga. Ia menilai jargas jauh lebih efisien dibanding LPG karena biaya bulanan hanya sekitar Rp60 ribu.
“Sekarang tidak perlu khawatir gas habis di tengah malam. Cukup buka kompor, gas langsung mengalir,” katanya.
Warga lain, Avy Chucnijah dari Sidoarjo, mengaku butuh waktu tiga tahun untuk yakin beralih ke jargas. “Awalnya takut, tapi setelah tahu sistem keamanannya berlapis, saya justru merasa lebih aman,” tuturnya.
General Manager PGN Sales and Operation Region III (SOR III), Hedi Hedianto, mengatakan PGN menargetkan 59.990 sambungan rumah baru hingga akhir 2026. “Tantangannya kini adalah meningkatkan minat pelanggan di tengah persaingan dengan energi substitusi lain,” jelasnya.
Dekarbonisasi dan Inovasi Energi Bersih: Dari Gasku Hingga Biomethane
PGN juga menunjukkan komitmen kuat dalam menurunkan emisi karbon secara signifikan. Pada 2023, PGN berhasil menekan emisi hingga 598,39 ton CO₂e, meningkat drastis menjadi 29.722 ton CO₂e pada 2024, dan mencapai 24.861 ton CO₂e hingga Agustus 2025.
“Pencapaian ini menunjukkan efektivitas strategi dekarbonisasi yang dijalankan PGN dalam memperkuat perannya sebagai penyedia energi transisi,” ujar Direktur Strategi dan Pengembangan Bisnis PGN, Mirza Mahendra.
Program dekarbonisasi dilakukan melalui efisiensi operasional, optimalisasi pemanfaatan gas bumi, dan pengembangan energi bersih seperti biomethane. Proyek biomethane memanfaatkan limbah organik seperti jerami, kotoran hewan, dan limbah sawit menjadi biogas yang kemudian diinjeksi ke jaringan pipa gas bumi.
“Proyek biomethane ini mendorong ekonomi sirkular sekaligus mendukung pengelolaan limbah organik yang ramah lingkungan,” lanjut Mirza.
PGN juga memperkuat ekosistem bahan bakar gas (BBG) melalui produk Gasku, yang dikelola anak usaha PT Gagas Energi Indonesia. Di SPBG Ngagel, Surabaya, kapasitas pengisian mencapai 4.500 liter setara premium per hari dengan harga Rp4.500 per liter.
Pengguna Gasku disebut dapat menghemat biaya energi hingga 55% dibanding BBM. Selain efisien, pembakaran BBG juga lebih bersih karena nilai oktan yang tinggi membuat mesin bekerja optimal.
Corporate Secretary PGN, Fajriyah Usman, menegaskan bahwa layanan BBG adalah bagian dari komitmen PGN mendukung konversi BBM ke BBG. “Kami ingin memperkuat ekosistem energi bersih di sektor transportasi,” ujarnya.
Di wilayah Jawa Timur, Bali, dan Nusa Tenggara (Jatimbalinus), PGN melayani lebih dari 206 ribu pelanggan dengan distribusi gas sebesar 244,87 BBTUD. Total jaringan pipa mencapai 6.745 kilometer, mencakup pelanggan rumah tangga, industri, dan UMKM.
Selain itu, PGN mempercepat pembangunan GasKita di wilayah Sleman, Yogyakarta, yang menargetkan 12.900 pelanggan baru. “Yogyakarta memiliki potensi besar karena sektor kuliner, hotel, dan rumah sakit berkembang pesat,” jelas Rosa Permata Sari, PTH Direktur Infrastruktur dan Teknologi PGN.
Menurut Rosa, PGN berkomitmen menjadikan gas bumi semakin dekat dengan masyarakat melalui pengembangan jaringan dan edukasi publik yang masif. “Kami ingin gas bumi menjadi energi utama yang aman, hemat, dan selalu tersedia,” ujarnya.
Pengamat komunikasi Agustina Widyawati menilai keberhasilan perluasan jargas sangat bergantung pada strategi komunikasi publik yang tepat. “Pendekatan komunikasi yang edukatif, transparan, dan partisipatif akan mempercepat penerimaan masyarakat terhadap jargas,” katanya.
Ia menambahkan, PGN perlu membangun narasi tunggal dan kampanye komunikasi yang kuat agar masyarakat lebih percaya dan memahami manfaat jargas. “Dengan komunikasi yang strategis, PGN bisa menjadi garda depan dalam mendorong transformasi energi bersih di Indonesia,” tutupnya.